Beberapa saat jelang Piala Dunia 2022, terutama satu pekan sebelum gelaran ini berlangsung, berbagai isu sosial menentang tuan rumah Qatar. Di sisi lain, beberapa negara peserta dan deretan nama pemain juga mendukung protes isu sosial tersebut dan kian menentang Qatar bahkan FIFA.
Isu pertama yang kian disorot adalah mengenai HAM. Qatar sendiri merupakan negara yang tidak begitu luas, dan untuk melangsungkan panggung empat tahunan sepak bola sendiri, mereka mendirikan stadion megah dan mewah hasil dari renovasi dan membangun baru. Tak hanya stadion, namun juga berbagai fasilitas penunjang disediakan untuk Piala Dunia kali ini. Sayangnya, Qatar justru dikabarkan menggunakan tenaga para pekerja imigran dari berbagai negara Asia lainnya. Namun bukan hal itu yang menjadi permasalahan, melainkan pemerintah Qatar justru diketahui mengeksploitasi imigran dengan bayaran murah.
Baca Juga: 5 Pemain yang Dinilai Kurang Layak Tampil di Piala Dunia 2022! Ada Penyebabnya?
Isu yang tak kalah gencar menyudutkan Qatar dan juga FIFA adalah adanya kabar jerat pidana bagi pasangan sesama jenis yang turut hadir ke Qatar. Seperti yang kita ketahui, Qatar adalah negara muslim yang menentang hal tersebut. Sedangkan mayoritas pesepak bola, terutama mereka yang bermain di liga domestik Eropa, justru memiliki kampanye khusus tentang hal tersebut.
Selain dua isu pokok di atas, masih banyak lagi aturan-aturan yang dianggap kontroversial oleh kebanyakan peserta Piala Dunia kali ini, seperti aturan berpakaian, merokok, minum minuman beralkohol, hingga pasangan non nikah.
Baca Juga: Pemain dengan Julukan ‘Lionel Messi’ yang Akan Bermain di Piala Dunia 2022
Semakin besar isu tersebut dibicarakan, hingga akhirnya FIFA pun turun tangan. Bahkan Sky News berhasil mendapatkan salinan surat dari Presiden FIFA, Gianni Infantino serta Sekjen FIFA, Fatma Samoura yang diberikan ke seluruh negara peserta.
Tertulis, “Tolong, mari sekarang kita fokus ke sepak bola! Kita tahu sepak bola tidak hidup dalam lingkungan eksklusif, dan kita semua sadar banyak tantangan dan kesulitan dari situasi politik di seluruh dunia”. Lebih lanjut, FIFA juga menegaskan, “Namun tolong jangan biarkan sepak bola terseret dalam setiap pertarungan politik atau ideologi yang ada. Di FIFA, kami mencoba menghormati segala opini dan kepercayaan, tanpa memberikan pelajaran moral kepada seluruh dunia”.
Tak sampai di situ, dalam surat tersebut FIFA menjelaskan, “Salah satu kekuatan terbesar di dunia adalah keberagaman. Jika inklusi adalah segalanya, maka itu berarti menghormati keberagaman tersebut. Tak ada masyarakat atau budaya yang lebih baik dari yang lain”.
“Ini adlaah prinsip yang paling dasar dari saling menghormati dan sikap non-diskirminasi. Ini juga salah satu nilai penting dalam sepak bola. Jadi marilah kita semua mengingat hal ini dan biarkan sepak bola menjadi topik utama”.
Itu berarti, selain memerintahkan untuk saling menghormati terhadap pilihan masing-masing termasuk apa yang dtitegaskan oleh tuan rumah, FIFA juga menginginkan Piala Dunia kali ini hanya berfokus pada sepak bola saja sebagai topik utama.